Sabtu, 20 Desember 2008

Gerakan Tanah Kecamatan Sodonghilir dan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Bara


PDF Print E-mail
Saturday, 08 November 2008

Laporan singkat hasil pemeriksaan bencana alam gerakan tanah yang terjadi di Kecamatan Sodonghilir dan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, adalah sebagai berikut :

1. Lokasi bencana:

Lokasi bencana alam gerakan tanah terjadi di Kampung Galumpit, Desa Cikalong, Kecamatan Sodonghilir serta di Kecamatan Bojonggambir yaitu di Kampung Cibuntiris, Desa Mangkonjaya dan di Kampung Puncakbaros, Desa Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis lokasi gerakan tanah di Kampung Galumpit, (Kecamatan Sodonghilir) berada pada 108° 03' 18,9" BT dan 07° 27' 08,4" LS. Sedangkan gerakan tanah di Kampung Cibuntiris (Kecamatan Bojonggambir) berada pada 107° 58' 46,1" BT dan 07° 30' 28,0" LS, serta di Kampung Puncakbaros, (Kecamatan Bojonggambir) berada pada 107° 57' 49,8" BT dan 07° 30' 57,9" LS.


2. Waktu kejadian:

Gerakan tanah terjadi pada hari rabu tanggal 22 Oktober 2008 setelah turun hujan deras beberapa hari sebelumnya.

3. Dampak Bencana:

Akibat gerakan tanah di Kampung Galumpit (Kecamatan Sodonghilir) 10 unit rumah serta 1 bangunan mesjid rusak berat, 44 unit rumah lainnya terancam dan beberapa di antaranya terdapat retakan pada tembok rumah. Sedangkan di Kampung Cibuntiris (Kecamatan Bojonggambir), 8 unit bangunan kayu sedikit bergeser sedangkan 1 bangunan tembok retak. Di Kampung Puncakbaros (Kecamatan Bojonggambir), 1 unit rumah rusak berat.


4. Kondisi daerah bencana :

4.1. Kampung Galumpit (Kecamatan Sodonghilir).

  • Merupakan kaki lereng perbukitan terjal yang memiliki kemiringan 17-30 , sedangkan di bagian bawahnya yang landai dibatasi aliran S. Cilongan.

  • Batuan dasar pada kaki lereng tersebut berupa breksi lempungan hingga lempung breksian. Tanah pelapukan berupa material lempungan, lunak dan plastis bila jenuh air dengan ketebalan mencapai lebih 6 m.

  • Tataguna lahan pada perbukitan bagian atas umumnya berupa kebun bambu, kayu dan perdu liar, sedangkan pada kaki lereng berupa lahan persawahan basah dan permukiman.

  • Kondisi keairan pada saat terjadi bencana cukup tinggi akibat lahan yang diolah sebagai persawahan basah serta hujan yang turun dalam beberapa hari sebelumnya.

  • Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah Bulan Oktober 2008, Povinsi Jawa Barat dan Banten, daerah bencana termasuk Wilayah Potensi Gerakan Tanah Tinggi, artinya wilayah ini sering terjadi gerakan tanah sedangkan gerakan tanah lama dan baru masih aktif bergerak akibat curah hujan tinggi dan erosi kuat.


4.2. Di Kampung Cibuntiris (Kecamatan Bojonggambir).

  • Merupakan lereng landai yang memiliki kemiringan 10-15. Di bagian bawah lereng landai tersebut terdapat tebing saluran buangan air permukaan setinggi 3-4 m .

  • Batuan dasar pada lereng tersebut berupa tufa. Batuan tersebut umumnya telah lapuk menjadi tanah lempung, lunak dan plastis pada kondisi lembab dengan ketebalan mencapai lebih 4 m.

  • Tataguna lahan pada lereng tersebut berupa kebun bambu, kayu dan perdu serta permukiman .

  • Kondisi keairan pada saat terjadi bencana di lokasi ini cukup tinggi akibat hujan yang turun dalam beberapa hari sebelumnya.

  • Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah Bulan Oktober 2008, Povinsi Jawa Barat dan Banten, daerah bencana termasuk Wilayah Potensi Gerakan Tanah Menengah, artinya wilayah ini dapat terjadi gerakan tanah bila dipicu oleh curah hujan tinggi terutama pada pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.


4.3. Di Kampung Puncakbaros (Kecamatan Bojonggambir),

  • Merupakan lereng perbukitan agak terjal hingga terjal yang memiliki kemiringan 17-25. Lokasi longsor terdapat pada lereng badan jalan dan lereng bukit.

  • Batuan dasar pada lereng bukit yang longsor berupa batu pasir dan lempung. Batu pasir bersifat kurang kompak sedangkan lempung bersifat lunak dan plastis pada kondisi lembab dengan ketebalan mencapai lebih dari 4 m.

  • Tataguna lahan pada lereng perbukitan yang labil berupa kebun teh dan sawah.

  • Kondisi keairan pada saat terjadi bencana cukup tinggi akibat hujan yang turun dalam beberapa hari sebelumnya serta pengolahan lahan sawah mengakibatkan terjadinya tanah longsor di lokasi tersebut.

  • Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah Bulan Oktober 2008, Povinsi Jawa Barat dan Banten, daerah bencana termasuk Wilayah Potensi Gerakan Tanah Menengah, artinya wilayah ini dapat terjadi gerakan tanah bila dipicu oleh curah hujan tinggi terutama pada pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.


5. Kondisi dan Jenis Gerakan Tanah:

5.1. Di Kampung Galumpit (Kecamatan Sodonghilir)

Gerakan tanah berupa longsoran bahan rombakan dan nendatan, diperkirakan gerakan tanah ini memiliki panjang 100-250 m, lebar 100-175 m, membentuk gawir setinggi 0,5 - 3 m. Retakan tanah tersebar hingga menuju lokasi permukiman dengan panjang 0,25-4 m, lebar 5-20 cm. Hasil pengukuran GPR kedalaman bidang lincir menunjukkan lebih dari 5 m.


5.2. Di Kampung Cibuntiris (Kecamatan Bojonggambir)

Gerakan tanah berupa nendatan tanah sepanjang 40-50 m dengan penurunan setinggi 10-20 cm. Gerakan tanah tersebut bergerak menuju galian saluran yang ada di lereng bawah.


5.2. Di Kampung Puncakbaros (Kecamatan Bojonggambir),

Gerakan tanah yang terjadi berupa longsoran dan nendatan yang terjadi pada tebing jalan desa dan kawasan lahan pertanian. Panjang tanah yang bergerak berkisar antara 25-100 m, lebar 20-75 m. Retakan tanah pada lahan pertanian yang terkena tanah longsor memiliki kisaran panjang 0,25-2 m, lebar 5-25 cm.

6. Faktor Penyebab

6.1 Di Kampung Galumpit (Kecamatan Sodonghilir)

Gerakan tanah di daerah ini terjadi akibat beberapa faktor, yaitu :

  • Sifat tanah pelapukan lempung yang bersifat lunak dan plastis bila jenuh air sehingga mudah bergerak pada lereng terjal.

  • Pembuatan saluran irigasi di bagian atas memungkinkan terjadinya rembesan air ke daerah labil.

  • Curah hujan yang tinggi.


6.2. Di Kampung Cibuntiris (Kecamatan Bojonggambir),

Gerakan tanah di daerah ini terjadi akibat beberapa faktor, yaitu :

  • Curah hujan yang tinggi mengakibatkan lereng sakuran buangan air permukaan di bagian bawah tergerus dan ambruk.

  • Ambruknya lereng tebing saluran menyebabkan blok masa tanah lempung yang plastis dan lunak di bagian atas menjadi labil dan bergerak.


6.3 Di Kampung Puncakbaros (Kecamatan Bojonggambir),

Gerakan tanah di daerah ini terjadi akibat beberapa faktor, yaitu :

  • Sifat tanah pelapukan lempung yang lunak dan plastis bila jenuh air menyebabkan mudah bergerak pada lereng terjal.

  • Pengolahan lahan persawahan basah pada tanah yang kurang memiliki daya dukungnya.

  • Curah hujan yang tinggi


7. Mekanisme Gerakan Tanah:

Gerakan tanah di daerah ini diawali dengan adanya penurunan kekuatan (strength) tanah pelapukan lempung pada lereng akibat kondisi jenuh air yang terjadi akibat penggunaan lahan yang banyak menggunakan air (persawahan basah) dan dipicu oleh curah hujan tinggi. Kejadian gerakan tanah dipercepat oleh adanya struktur buatan manusia yang tidak mendukung kekuatan tanah di lokasi tersebut yaitu dengan adanya struktur galian berupa saluran buangan air permukaaan di Kec. Bojonggambir dan saluran irigasi di Kec. Sodonghilir.

8. Rekomendasi:

Di Kampung Galumpit (Kecamatan Sodonghilir

  • Permukiman di daerah ini masih terancam longsoran susulan sehingga perlu di relokasi ke daerah aman (rencana relokasi masih dalam koordinasi aparat Pemerintah Daerah setempat), karena secara teknis tidak layak huni.

  • Retakan di lokasi ini agar ditutup dengan tanah lempung yang dipadatkan agar air permukaan tidak lolos menuju daerah labil.

  • Saluran irigasi menggunakan saluran kedap air agar tidak terjadi rembesan yang menyebabkan stabilitas lereng terganggu.

  • Lereng perbukitan di bagian atas perlu ditanami pohon keras yang berakar kuat dan dalam untuk mengikat tanah/batuan supaya menjadi stabil.

  • Pemerintah Daerah setempat perlu memberikan sosialisasi /penyuluhan kepada masyarakat di daerah bencana.


Di Kampung Cibuntiris (Kecamatan Bojonggambir),

  • Memperkuat tebing lereng saluran dengan dinding penahan atau bronjong agar tidak terjadi gerusan air.

  • Tidak membangun permukiman di bantaran sungai dan dekat tebing saluran buangan air, bangunan kayu agar tetap dipertahankan.

  • Agar meningkatkan kewaspadaan dan bila gerakan tanah terus membesar maka 8 bangunan yang terancam di lokasi tersebut agar mundur menjauhi tebing saluran air.

  • Pemerintah Daerah setempat perlu memberikan sosialisasi /penyuluhan kepada masyarakat di daerah bencana.


Di Kampung Puncakbaros (Kecamatan Bojonggambir),

  • Permukiman tidak direlokasi tetapi lereng bukit bagian atas dibebaskan dari lahan persawahan basah dan diganti sebagai lahan kering dengan tanaman yang berakar kuat dan dalam.

  • Alternatif lain adalah lahan persawahan basah tetap dipertahankan tetapi permukiman dekat lereng bukit tersebut di relokasi ke tempat yang aman.

  • Pemerintah Daerah setempat perlu memberikan sosialisasi /penyuluhan kepada masyarakat di daerah bencana.

Laporan Lengkap (klik untuk mengunduh)


Last Updated ( Saturday, 08 November 2008 )

1 komentar:

KhrisnA mengatakan...

Blog yang bagus
Terus berkarya

Khrisna
www.manusiajawa.co.cc

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template