Kamis, 18 Desember 2008

KUTITIPKAN FITNAH



Malam itu kujelaskan niat kembali ke Mesir, menyelesaikan kuliah yang tersisa satu tahun lagi, demi meraih gelar akademik studiku dari universitas Al-azhar. "Sayang tolong jaga baik-baik dirimu dan anak kita ya" suaraku menyadarkan Teti isteriku yang sedang dibawa lamunan. Badan Isteriku terguncang kaget, Teti pun hanya menjawab dengan anggukan pelan kepalanya. Bagi Teti malam itu terasa beku, terlihat dari sorot matanya yang kosong tanpa sebuah fokus, hanyalah air mata yang membasahi pipi romannya tanda kesedihan hati, kepergianku seakan membawa kabar bahwa malam itu malam terakhir dan tidak akan bertemu untuk selamanya.

"Jangan sedih sayang! Pasti Aa kembali untuk berjumpa dengan kamu dan menyaksikan kelahiran anak kita." Aku memberikan harapan kepada isteriku, yang seperti tidak yakin bahwa kami berdua akan diperjumpakan lagi di suatu saat, dengan bahagia dan dikaruniai seorang momongan yang kudambakan selama ini.

"A bila nanti Aa sudah beres ujian cepat pulang ya" suara Teti berat berselang dengan isakan tangisannya penuh pinta.

"Pasti sayang Aa pulang.'' Kubelai rambut panjangnya, kemudian kuseka pipi Teti yang basah, air mata itu terus mengalir di pipinya, kupegang tanganya dan kutempelkan di atas dadaku.

Malam itu membeku membiarkan aku dan Teti Isteriku melepaskan semua perasaan sebelum perpisahan besok pagi.

@@@

Mentari di upuk timur telah muncul menyemburatkan cahayanya, alam sekitar pun mulai bersolek, memperlihatkan kecantiaka bagi setiap insan yang mau berfikir. Desa kami juga telah rame oleh kegitan warga, para petani mulai berangkat ke sawah dan ke ladang garapanya. Anak-anak sekolah dasar pun rame ngobrol dengan temanya-temanya sepanjang perjalanan mereka ke sekolah.

Walaupun matahari terus tersenyum, tapi bagi Teti semuanya hampa, hatinya merasa berat untuk berpisah dengan diriku. "Sayang! Aa pergi ke Kairo tidak untuk selamanya, namun untuk menjadi orang yang sukses, supaya nanti menjadi contoh bagi anak-anak kita." Sepatah kata pun tidak keluar dari mulut Teti, untuk menanggapi ucapanku, hanyalah air mata yang selalu membasahi pipinya. Masih di pagi itu kupandangi suasana kampungku, bukit-bukit yang berdiri kokoh pun bisu. "Ahh." Kuhela napas dalam-dalam dan kubuang lagi untuk membuang beban di dadaku. Hatiku juga sebenarnya berat untuk berpisah dengan Isteri dan Masyarakat yang mulai mempercayai diriku. Mereka mulai memberi banyak amanah, mulai mengajar di majlis-majlis taklim, di suruh jadi MUI kelurahan, bahkan banyak orang yang meminta di doakan bila sakit atau mau mulai usaha.

"Aa cepatlah pulang bila telah sukses." Suara Isteriku menyadarkan diriku yang sejak tadi melamun.

"Sayang! Aa pasti pulang untuk berjumpa dengan mu dan anak kita."

Setelah bersalaman dan beradu tangis dengan keluarga dan mertuaku, mataku tertuju menatap tajam wajah Isteriku, tetesan air mata tidak mampu dibendungnya, isakanya mengundang rasa ibaku, kudekap dan kucium keningnya, "Sayang Aa pasti akan pulang, doakan semoga Aa sukses." Anggukan kepala yang perlahan menjadi jawaban bagiku. Lambaian tangan itu kini terjadi dan tenggelamlah isteriku di telan jarak yang kian lama kian jauh untuk memeisahkan dirku dan dia sementara waktu.

@@@

Enam bulan sudah diriku tinggal di Negri para anbiya, kerinduan kian membuncah terhadap Isteriku, ingin segera bertemu. Walau selama ini aku saling memberi kabar leawat SMS atau menelponya, kabar terakhir tiga hari yang lalu dia memintaku untuk segera pulang karena usia kandunganya sudah memasuki bulan kedelapan.

Di saat purnama, suara telpon genggamku berdering, tanda ada SMS masuk, kuaraih HPku yang terletak di meja belajar, ternyata SMS dari Isteriku.

"Aa sgra pulang, Teti dah rindu, seprtnya anak kita bntar gi lahir"

Hatiku terguncang membaca SMS tersebut, terlintas di benakku isteriku pasti sudah mulai mersakan tanda-tanda ingin melahirkan. Tanpa ku tunda-tunda malam itu langsung ku balas SMS dari isteriku itu.

"Sayang!1mgu gi A plng, 2 pljr gi blm ujian. Semoga Allah m-beri kekuatan, I miss U"

Hatiku tidak bisa tenang sejak mendapat SMS itu. Hatiku punya firasat ada sesuatu yang dirahasiakan.

Selang dua hari, Hpku berdering kembali tanda SMS masuk, SMS itu dari Isteriku. Kubuka dengan hati penuh Tanya.

"Aa! Teti hnya bisa m-doakan moga Aa m-jadi org sukses, Aa tak usah plng, Teti tkt kta tkn b-temu, Teti titipkan moga ank kita kelak m-jadi org yg sholeh. A doakan Teti slu"

Hatiku semakin gundah, ujianku tidak lagi konsentrasi, keinginan untuk segera pulang tidak bisa kubendung, setelah satu minggu, dari SMS itu, aku sudah mendafat tiket untuk pulang.

@@@

Matahari makin enggan menyorotkan sinarnya yang kian redup. Angin mengelus lembut dedaunan. Sesekali lengking burung memecah hening. Aku baru saja selesai membersihkan makam, dari daun beringin yang tumbuh tidak jauh dari makam. Kuambil bungkusan berisi bunga dan menaburkannya dengan penuh kasih sayang.

Aku menghela napas panjang. ''Istriku, semoga engkau bahagia di sana. Cinta, perjuangan dan pengorbananmu tak pernah bisa kulupakan. Allah jua yang pasti membalas segala kebaikan dan amalmu. Doaku semoga surga sudah menantimu di akhirat kelak. Anak kita akan kujaga dan akan ku didik sesuai harapanmu” Suaraku perlahan diterbangkan angin. Aku berusaha meredakan emosi yang menyesakkan rongga dada. Matahari menyerah ke dalam pangkuan senja. Langit Barat mulai memerah.

By : Kang Bahra

0 komentar:

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template